KETUBAN KURANG / OLIGOHIDRAMNION

Oligohidramnios atau disebut juga oligohidramnion adalah salah satu masalah kehamilan yang ditandai dengan jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko gangguan kehamilan, misalnya persalinan prematur.

Cairan ketuban adalah cairan yang terdapat di dalam rahim selama kehamilan berlangsung. Cairan ini berwarna bening kekuningan dan tidak berbau, serta terdiri atas beragam nutrisi, hormon, dan sel yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin.

Selain berperan penting dalam tumbuh kembang janin, cairan ketuban juga memiliki banyak fungsi lain, di antaranya:

  • Melindungi janin dari guncangan atau cedera fisik dan infeksi
  • Menjaga suhu di dalam rahim tetap hangat
  • Mencegah tekanan pada tali pusat yang mengganggu pasokan oksigen pada bayi
  • Membantu pembentukan dan pematangan organ tubuh janin
  • Memberi ruang bagi janin untuk bergerak guna mendukung perkembangan tulang dan ototnya.

Akan tetapi, fungsi tersebut dapat diperoleh jika jumlah cairan ketuban di dalam rahim ibu hamil tidak terlalu banyak atau sedikit. Apabila volume cairan ketuban kurang dari jumlah normal, ibu hamil dapat dikatakan menderita oligohidramnios. Kondisi ini berisiko menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan janin.

Proses Terbentuknya Kantung dan Cairan Ketuban

Kantung ketuban terbentuk 12 hari setelah terjadi pembuahan, yang disertai cairan ketuban di dalamnya. Pada trimester kedua kehamilan, bayi mulai dapat bernapas, menelan cairan ketuban, dan mengeluarkannya sebagai urine. Hal ini bertujuan agar jumlah cairan ketuban tetap terjaga dan stabil.

Ketersediaan cairan ketuban dalam kadar normal, penting untuk menjaga kondisi janin tetap sehat serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.

Di usia kehamilan 34–36 minggu, seorang ibu hamil rata-rata akan memiliki sekitar 1 liter cairan ketuban di dalam kandungannya. Setelah itu, cairan ini perlahan akan berkurang seiring waktu persalinan yang semakin dekat.

Untuk memantau jumlah cairan ketuban dan kondisi janin, ibu hamil bisa melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin ke dokter.

Seputar Oligohidramnios dan Penyebabnya

Oligohidramnios adalah kondisi saat volume atau kadar air ketuban terlalu sedkit. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa USG oleh dokter untuk mengetahui kadar cairan ketuban.

Saat menjalani pemeriksaan, ibu hamil dapat dikatakan menderita oligohidramnios bila memiliki kondisi sebagai berikut:

  • Indeks cairan ketuban menunjukkan kadar cairan kurang dari 5 cm pada akhir trimester kedua.
  • Jumlah cairan ketuban kurang dari 500 ml ketika usia kehamilan sudah mencapai 32–36 minggu.

Sebaliknya, jika cairan ketuban di dalam tubuh ibu hamil jumlahnya berlebihan, kondisi ini disebut polihidramnion. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan.

Oligohidramnios dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Gangguan plasenta
  • Kelainan pada janin, misalnya kelainan genetik dan IUGR
  • Kebocoran kantung ketuban, misalnya karena ketuban pecah dini
  • Persalinan yang lewat dari tanggal perkiraan
  • Penyakit tertentu, seperti diabetes dan hipertensi
  • Dehidrasi

Oligohidramnios dapat terjadi kapan saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi di trimester ketiga kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.

Ibu hamil yang mengalami oligohidramnios berisiko tinggi mengalami keguguran akibat cacat bawaan pada janin. Namun, jika kondisi ini terdiagnosis menjelang trimester akhir kehamilan, risiko yang lebih umum terjadi adalah kelahiran prematur.

Terkadang, dokter akan merekomendasikan ibu hamil yang mengalami oligohidramnios untuk melahirkan dengan operasi caesar.

Beberapa Langkah Penanganan Oligohidramnios Yang Dapat Dilakukan Oleh Ibu Hamil

Penanganan oligohidramnios tergantung pada kondisi bayi, usia kehamilan, dan ada atau tidaknya komplikasi selama kehamilan. Untuk menangani oligohidramnios, dokter dapat melakukan beberapa penanganan berikut ini:

1. Pemantauan berkala

Agar dapat terpantau lebih ketat, dokter biasanya akan menyarankan ibu hamil yang menderita oligohidramnios untuk menjalani pemeriksaan kandungan dan USG lebih sering dari jadwal pada umumnya. Nah itula pentingnya pemeriksaan USG, jadi jangan takut untuk periksa USG ke dokter kandungan secara rutin karena alat USG tidak berbahaya bagi janin karena alat USG tak mengeluarkan radiasi.

2. Minum lebih banyak air putih

Ibu hamil dengan oligohidramnios biasanya akan dianjurkan untuk minum air putih lebih banyak agar jumlah cairan ketuban bisa bertambah. Jika ibu hamil sulit makan dan minum atau berisiko mengalami dehidrasi, dokter mungkin akan memberikan terapi cairan melalui infus.

CEK LABORATORIUM SELAMA KEHAMILAN

Tes darah atau pengambilan sampel darah untuk diperiksa di laboratorium perlu dilakukan secara rutin oleh ibu hamil. Tujuannya untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami penyakit tertentu, seperti infeksi atau kurang darah, serta untuk mendeteksi kelainan pada janin.

Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk tes darah, potensi masalah selama kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin. Penanganan yang tepat dan cepat pun dapat dilakukan guna mencegah kondisi yang lebih serius. Untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk menjalani tes darah, diskusikan dengan dokter atau bidan saat menjalani pemeriksaan kehamilan rutin.

Jenis-jenis Tes Darah untuk Ibu Hamil

Berikut adalah beberapa jenis tes darah yang diperlukan saat hamil, yaitu:

  • Tes darah lengkap. Tes ini diperlukan untuk mengetahui apakah kadar hemoglobin dalam sel darah merah ibu hamil normal atau terlalu sedikit yang artinya pertanda anemia. Selain itu, tes ini juga dapat dilakukan untuk menghitung jumlah darah putih. Jika mengalami peningkatan sel darah putih, itu artinya ibu hamil mungkin mengalami infeksi.
  • Tes golongan darah, antibodi, dan faktor rhesus. Tes golongan darah dilakukan untuk mengetahui golongan darah (A, B, AB, atau O) dan resus darah ibu hamil (resus negatif atau positif). Jika resusnya berbeda dengan janin, maka ibu hamil akan diberi suntikan imunoglobulin guna mencegah pembentukan antibodi yang dapat menyerang darah janin.
  • Tes gula darah. Pemeriksaan kadar gula darah ibu hamil biasanya dilakukan di trimester kedua kehamilan. Akan tetapi, dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah lebih dini pada ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih, pernah melahirkan anak dengan berat badan di atas 4,5 kilogram sebelumnya, atau memiliki riwayat diabetes gestasional.
  • Tes imunitas terhadap rubella (campak Jerman) melalui pemeriksaan TORCH. Jika ibu hamil terinfeksi rubella di awal kehamilan, janin dalam kandungan bisa mengalami kecacatan yang serius, keguguran, atau lahir dalam keadaan meninggal (stillbirth). Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes ini guna mengetahui apakah ibu hamil sudah memiliki kekebalan terhadap virus ini. Bila belum, ibu hamil dianjurkan untuk menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi rubella.
  • Tes HIV. Infeksi HIV penyebab AIDS pada ibu hamil bisa menular ke janin selama kehamilan, saat melahirkan, atau selama menyusui. Di Indonesia, semua ibu hamil di wilayah dengan angka kasus HIV yang tinggi, atau ibu hamil dengan perilaku berisiko dianjurkan untuk menjalani tes HIV.
    Tidak perlu merasa khawatir atau sungkan melakukan tes ini. Fasilitas kesehatan tempat tes HIV dilakukan akan memberikan pelayanan VCT dan menjamin kerahasiaan status pasien saat menjalani pemeriksaan HIV. Bila ternyata ibu hamil positif HIV, penanganan medis akan dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi dan mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.
  • Tes sifilis. Semua ibu hamil disarankan untuk menjalani skrining sifilis, terutama bagi yang memiliki perilaku seks berisiko atau tanda gejala penyakit menular seksual. Sifilis yang tidak ditangani dapat menyebabkan cacat berat pada bayi, bahkan pada kasus yang lebih fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan meninggal. Bila ibu hamil didiagnosis memiliki sifilis, dokter akan memberikan antibiotik penisilin untuk mengobati penyakit tersebut dan mencegah penularan sifilis pada janin.
  • Tes hepatitis B. Virus hepatitis B dapat menyebabkan penyakit hati yang serius. Hepatitis B dapat menular dari ibu kepada janin selama kehamilan. Akibatnya, bayi memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi virus hepatitis jangka panjang dan menderita penyakit hati di kemudian hari.
    Karenanya, ibu hamil perlu menjalani tes darah untuk mendeteksi virus hepatitis B sejak dini, dan mendapatkan pengobatan jika hasil tesnya positif. Saat lahir, bayi dari ibu yang menderita hepatitis B perlu mendapat imunisasi hepatitis B secepatnya (paling lambat 12 jam setelah lahir).
  • Test hepatitis C. Cek hepatitis C (Anti-HCV) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit hepatitis C. Tepatnya dengan mendeteksi keberadaan virus hepatitis C (HCV/Hepatitis C Virus) dalam tubuh. HCV adalah penyebab utama dari penyakit hepatitis C. Virus ini dapat menyebabkan peradangan pada organ hati. Bahkan, pada beberapa kasus juga bisa memicu penyakit hati kronis, hingga kanker hati. Cek hepatitis C (Anti-HCV) bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis C di dalam tubuh. Beberapa alasan mengapa pemeriksaan ini penting untuk dilakukan adalah:
  • Virus hepatitis bisa menyerang tanpa menimbulkan gejala.
  • Melalui pemeriksaan ini, seseorang dapat melindungi atau meminimalkan risiko anggota keluarga tertular virus ini.
  • Diagnosis yang cepat memungkinkan perawatan dilakukan dengan cepat. Ini dapat meningkatkan peluang kesembuhan. 
  • Perawatan hepatitis C yang dilakukan sesegera mungkin juga bisa mencegah komplikasi seperti sirosis dan gagal hati. 

Selain itu, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap kali ibu hamil kontrol ke bidan atau dokter. Kenaikan tekanan darah pada periode akhir kehamilan bisa menjadi pertanda preeklamsia. Jika preeklamsia tidak ditangani, akibatnya bisa berbahaya bagi ibu dan janin.

Agar kesehatannya dan kesehatan janinnya terjaga selama kehamilan, ibu hamil perlu rutin meluangkan waktu untuk melakukan pemeriksaan kandungan secara berkala ke dokter spesialis kandungan.

JADWAL PEMERIKSAAN LABORATORIUM IBU HAMIL BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN
0 – 12 MINGGU12-24  MINGGUpanel infeksi24-28 MINGGU28-36 MINGGU
Darah lengkap/ darah rutin Gol darah Gula darah sewaktu/ GDS HbA1c Urine lengkapanti HCV TORCH HbsAg anti HIV anti SyphillisDarah lengkap/ darah rutin Gula darah puasa gula darah 2jam PP HbA1c Urine lengkapDarah lengkap/ darah rutin Gula darah sewaktu HbA1c Urine lengkap
KETERANGAN
Darah Rutin = Hemoglobin, Hematokrit, Eritosit, MCV, MCH, MCHC, Leukosit, Trombosit, Limfosit. TORCH = Toxloplasma IgG – IgM ; Rubella IgG – IgM ; CMV IgG – IgM ; HSV-1  IgG – IgM ; HSV-2 IgG – IgMUrin Lengkap =Mikroskopis : Leukosit, Nitrit, Urobilin, Protein, Darah Samar, Keton, Bilirubin, Glukosa, Makroskopis: Leukosit, Eritosit, Epitel, Bakteri, Ca Oxalat, Triple Phosphat, Amorph Urat, Slinder

Pemeriksaan laboratorium wanita hamil sebaiknya lengkap dan tidak boleh hanya periksa sebagaimana yang sering dilihat di kalangan wanita hamil pada umumnya yaitu:

CONTOH TEST LABORATORIUM IBU HAMIL YANG TIDAK LENGKAPTANDA-TANDA PEMERIKSAAN KEHAMILAN YANG TIDAK BAIK
Hb (hemoglobine)gula darah sewaktu (GDA/ GDS)anti HIVanti syphillisHbsAgprotein urineglukosa urine Tidak pernah test laboratorium.tes laboratorium tidak lengkap.hanya 1x test laboratorium selama kontrol kehamilan.

Jangan lupa untuk meminta test laboratorium pada dokter spesialis kandungan. Jangan lalai dan sembrono dengan kehamilan.

KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL

TAG:

berat badan ibu hamil

berat badan

preeclampsia

gestasional diabetes

diabetes mellitus dalm kehamilan

infeksi dalam kehamilan

dokter kandungan di karawang

TULISAN 162. DETEKSI KELAINAN JANIN – NIPT (BAGIAN KE 3, TAMAT)

NON INVASIVE PRENATAL TESTING. Dewasa ini sedang popular suatu bentuk screening (skrinning) terhadap kelainan bawaan janin berupa skrinning trisomy 21 (down syndrome) yang dikenal dengan sebutan test NIPT. Test NIPT ini merupakan bentuk skrinning terhadap kelainan janin dengan cara mengambil sampel darah ibu hamil. Dasar pemikiran dari test ini adalah bahwa dalam peredaran darah ibu hamil mengandung pecahan-pecahan dari DNA janin yang dikenal dengan cfDNA atau cell free DNA, yaitu pecahan DNA yang tidak berada di dalam inti sel, tetapi berada di dalam aliran darah ibu hamil. Jadi secara ilmiah NIPT adalah metode penentuan risiko bahwa janin akan dilahirkan dengan kelainan genetik tertentu. Pengujian ini menganalisis fragmen-fragmen kecil DNA (pecahan-pecahan DNA) yang bersirkulasi dalam darah wanita hamil. Fragmen-fragmen kecil dari DNA ini biasanya mengandung kurang dari 200 pasangan basa/ base pairs pembentuk DNA dan baru muncul ketika sel-sel yang mengandung DNA tersebut mati dan hancur. Kemudian isinya, termasuk DNA, dilepaskan ke dalam aliran darah.

Pada pemeriksaan NIPT yang merupakan skrining prenatal (sebelum janin lahir), akan melihat DNA dari plasenta janin dalam sampel darah ibu hamil untuk mengidentifikasi apakah ibu hamil tersebut berisiko tinggi melahirkan janin dengan kelainan genetik. Namun, skrining seperti NIPT tidak dapat menentukan dengan pasti apakah janin benar-benar bakalan memiliki kelainan kromosom, NIPT hanya menyatakan adanya kemungkinan janin akan memiliki kondisi kelainan bawaan tertentu (trisomy). Tetapi meskipun tidak dapat memastikan apakah janin dalam kandungan bakalan memiliki kelainan genetic trisomi, pemeriksaan NIPT ini sangat akurat dengan tingkat akurasi 97-99% untuk 3 kelainan kromosom (trisomy) yaitu trisomy 21 (down syndrome), trisome 18 (edward syndrome) dan trisomy 13 (patau syndrome). Menurut penelitian dari dokter Karoline Freeman pada tahun 2016, NIPT memiliki akurasi yang sangat tinggi pada down syndrome, Edward syndrome, dan patau syndrome, tetapi tetap tidak bisa mencapai akurasi 100% sehingga tak bisa dijadikan patokan diagnosis, hanya bisa digunakan untuk kepentingan skrinning saja. Sensitifitas NIPT terhadap deteksi down syndrome adalah sebesar 99.3%. test dikatakan sensitive bila dapat mendeteksi penyakit pada seseorang sebanyak-banyaknya. Artinya dalam pemeriksaan 100 orang ibu hamil maka yang ternyata benar-benar memiliki janin down syndrome adalah sebanyak 99 orang.

Hasil skrining NIPT dapat membantu wanita hamil dan dokter kandungan dalam menentukan langkah selanjutnya, termasuk apakah akan melakukan chorionic villus sampling (CVS) atau amniocentesis. Kedua tes genetic yang sifatnya invasive ini akan menganalisis bahan genetik janin sendiri secara langsung dalam rahim, yang dikumpulkan dari cairan ketuban atau plasenta, untuk mengetahui dengan pasti 100 persen apakah janin memiliki kelainan kromosom. Namun karena test tersebut sifatnya invasive maka dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya keguguran akibat test tersebut.

Semua skrinning dengan cara NIPT lebih ditujukan utamanya untuk deteksi ada tidaknya gangguan kromosom pada janin yang paling sering, yaitu antara lain:

  1. Trisomi 21 (sindrom Down)
  2. Trisomi 18 (sindrom Edwards)
  3. Trisomi 13 (sindrom Patau)

Namu NIPT juga dapat mendeteksi golongan darah rhesus dan jenis kelamin janin dalam rahim. Bahkan saat ini sedang dikembangkan pemeriksaan NIPT untuk mendeteksi adanya kanker pada ibu hamil.

Skrinning NIPT dapat dilakukan kapan saja setelah usia 9 minggu kehamilan. Dan ini menunjukkan bahwa NIPT dapat diperiksa lebih awal daripada pemeriksaan prenatal atau tes diagnostik lainnya. Sebagai perbandingan berikut test-test diagnostic lainnya:

  1. USG nuchal translucency dilakukan antara usia kehamilan 11-14 minggu
  2. CVS dilakukan pada usia kehamilan 10-13 minggu
  3. pemeriksaan quadruple test (AFP, free beta HCG, estriol dan inhibin A) dilakukan pada umur kehamilan 14-22 minggu
  4. amniosentesis biasanya seringkali dilakukan pada umur kehamilan 15-20 minggu.

Seiring dengan berkembangnya dunia kedokteran maka pemeriksaan skrinning deteksi kelainan janin dulunya hanya dilakukan pada wanita hamil berusia 35 tahun atau lebih, tapi saat ini berdasarkan rekomendasi dari persatuan dokter kandungan Amerika Serikat maka dianjurkan dilakukan pada semua wanita hamil. Tapi ya itu tadi, mesti siap biaya mahal.

=TAMAT=

TULISAN 161. DETEKSI KELAINAN BAWAAN JANIN (DOWN SYNDROME, BAGIAN 2)

Di Indonesia sering kali saya temui wanita hamil dengan usia lebih dari 35 tahun. Padahal sebetulnya ini sih resikonya lebih besar daripada wanita hamil yang berusia <35 tahun. Resiko apa sih yang dimaksud ? resiko mengalami kehamilan dengan kondisi janin down syndrome atau trisomy lainnya. Dari seorang dokter pakar luar negeri yang bernama Dr. Hook EB, pernah dibuat semacam table dan dia menyatakan bahwa wanita usia lebih dari 35 tahun bila hamil maka terdapat resiko janinnya mengalami down syndrome sekitar 1:250. Artinya dari 250 wanita hamil maka ada 1 wanita hamil yang janinnya terkena down syndrome. Down syndrome itu apa sih ? down syndrome itu adalah suatu kelainan/ gangguan kecerdasan yang berat. Di Amerika Serikat pada wanita hamil usia 35 tahun atas, dokter kandungannya selalu menawarkan untuk dilakukan amniocentesis. Setelah itu dilakukan pemeriksaan karyotyping. Sudah tau kan apa itu amniocentesis ? coba lihat di tulisan bagian ke 1. Ini linknya https://www.cucuk-spog.com/?p=1215

Jadi ringkasnya kalo wanita hamil resiko rendah maka di Amerika serikat ditawarkan untuk periksa kadar hormone alfa feto protein (AFP). Gak ngerti juga AFP ? ya udah lihat lagi di link ini https://www.cucuk-spog.com/?p=1215. Sedangkan wanita hamil resiko tinggi ditawarkan amniocentesis. Pada wanita hamil dengan kemungkinan janinnya akan mengalami down syndrome maka akan dilakukan namanya quadruple tes (test 4 hormon) diantaranya hormone AFP, hormone free beta HCG, hormone estriol, dan hormone inhibin. Bila didapatkan kadar hormone AFP rendah, lalu hormone free beta HCG rendah, hormone estriol rendah serta inhibin tinggi maka kemungkinan janin akan mengalami down syndrome (trisomy 21) atau trisomy lainnya sebesar 60%. Bila wanita hamil tersebut berusia lebih dari 35 tahun maka angka prediksinya meningkat menjadi 75%. Masih ada kemungkinan janinnya normal sebesar 25-40%. Tapi bila parameter hormone sudah menunjukkan positif, maka wanita hamil tersebut akan ditawarkan untuk menjalani prosedur amniocentesis dan lanjut ke karyotyping (periksa kromosom).

Skrinning down syndrome dilakukan sejak hamil trimester 1 yaitu antara 11-14 minggu. Adapun yang biasa dilakukan oleh dokter kandungan Indonesia dan seluruh dunia antara lain menggabung pemeriksaan USG nuchal translucency dengan pemeriksaan hormonal free beta HCG dan PAPP-A. kalo di amerika serikat, pemeriksaan nuchal translucency dilakukan dengan catatan bahwa pasien bersedia untuk melanjutkan ke pemeriksaan hormonal dan pemeriksaan yang lebih invasive yaitu amniocentesis (lanjut karyotyping). Sebetulnya ada pemeriksaan yang lebih akurat lagi daripada pemeriksaan hormonal untuk deteksi kelainan trisomy janin yaitu pemeriksaan NIPT (non invasive prenatal testing). Biayanya lumayan mahal yaitu antara Rp 7-15 juta.

TULISAN 160. NASEHAT HARIAN BAGI IBU HAMIL

  1. Makanlah makanan bergizi tinggi. Janin anda membutuhkan zat gizi dari makanan ibunya. Janin gak butuh yang manis-manis dan lemak-lemak dari makanan ibunya. Rutin makan buah dan sayur, makanan yang mengandung kalsium tinggi serta makanan rendah lemak akan sangat bermanfaat bagi janin.
  2. Minum vitamin hamil secara teratur sesuai yang diadviskan oleh dokter kandungan. Pastikan bahwa vitamin yang anda minum mengandung asam folat dan calcium atau vitamin D3 serta vitamin dan mineral untuk kebutuhan ibu hamil. Tentu saja ibu hamil tetap harus menambahnya dari makanan sehingga kebutuhan vitamin dan mineral selama hamil tercukupi dengan optimal. Makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain sayuran hijau, brokoli, dan buah-buahan utamanya jeruk. Minum susu supaya kecukupan kalsium terpenuhi.
  3. Rajin minum air putih. Ibu hamil butuh lebih banyak air bagi fungsi metabolisme yang baik dan normal sehingga dibutuhkan minum sebanyak minimal 8 gelas sehari, kalo bisa lebih akan lebih baik.
  4. Kontrol kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Ibu hamil yang tidak kontrol secara teratur akan lebih beresiko mengalami komplikasi kehamilan karena pengawasan menjadi lebih sedikit. Misalnya berat janin lebih kecil daripada umur kehamilan, ketuban berkurang tanpa ketahuan, dll.
  5. Hindari makanan mentah dan beresiko tercemar. Kita hidup di alam dimana banyak pencemaran. Ibu hamil mesti menjaga dirinya dari makanan yang mentah misalnya telur mentah, lalapan yang beli di luar (lebih baik dicuci dan dibersihkan sendiri di rumah), dll.
  6. Hindari asap rokok. Suami dan atau isteri sebaiknya jangan merokok karena dapat menyebabkan masalah komplikasi pada kehamilan misalnya berat badan bayi lahir rendah, pecah ketuban sebelum waktunya, dll.
  7. Olah raga ringan secara teratur. Ibu hamil disarankan untuk mengikuti senam hamil atau jalan pagi 2-3x/ minggu selama 30 menit-1 jam. Biasanya rumah sakit dana tau praktek dokter kandungan menyediakan senam hamil bagi pasien-pasiennya.
  8. Imunisasi TT sesuai anjuran dokter kandungan atau bidan.
  9. Sering beristirahat. Jangan kecapean. Berbaring atau tidur sedapat mungkin minimal 6-8 jam sehari.
  10. Jangan stress. Kalo lihat drama korea jangan cari serial yang suka bikin nangis. Nonton film yang lucu-lucu saja. Suami juga harus meningkatkan jatah uang bulanan buat isteri yang sedang hamil. Isteri yang sedang hamil mesti dimanjakan, jangan disuruh kerja keras nyapu ngepel setrika.

TULISAN 159. DETEKSI DINI KELAINAN BAWAAN JANIN (NEURAL TUBE DEFECT, BAGIAN 1)

NEURAL TUBE DEFECT (CACAT SELUBUNG SYARAF JANIN)

Dalam postingan kali ini dokter cucuk kiuttt hello kitty ingin memberikan edukasi kepada para bumil Indonesia seputar kelainan bawaan janin yaitu neural tube defect dan down syndrome (keterbelakangan kecerdasan). Ini postingan yang sangat penting bagi ibu hamil, tetapi memang butuh biaya yang lumayan mahal.

Banyak pasien hamil yang bertanya pada saya apakah janinnya baik-baik saja pada saat control hamil. Sebetulnya pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang super duper bagus banget dan sangat challenging (istilah keren bagi penggemar drama korea). Perlu diketahui bahwa kelainan janin khususnya neural tube defect (cacat selubung syaraf) dan down syndrome justru sebagian besar terjadi pada ibu hamil yang justru tidak memiliki factor resiko apa-apa yaitu belum pernah mengalami janin cacat bawaan. Sehingga dokter kandungan Indonesia secara rutin dan otomatis selalu melakukan deteksi dini terhadap 2 kelainan ini. Tapi harus dimaklumi bahwa hal tersebut tidak selalu bisa berhasil dengan baik karena janin itu punya sifat suka main-main di dalam Rahim ibunya sehingga sulit sekali memperoleh gambaran yang ideal untuk deteksi. Tapi jangan kuatir, bagi ibu hamil yang gagal terdeteksi, angka kelainan tersebut hanya berkisar 3% saja dari total jumlah seluruh ibu hamil di dunia. Banyak-banyak berdoa sebelum dan selama hamil, jangan lupa jangan pernah berperasangka buruk terhadap tenaga kesehatan dan rumah sakit karena dengki justru bawa penyakit dan musibah, biar gak kualat.

Deteksi dini terhadap neural tube defect (NTD) dan down syndrome (DS) tidak dapat menentukan secara pasti diagnosis bahwa janin terkena penyakit tersebut tetapi lumayan memberikan pertimbangan dan kewaspadaan bagi wanita hamil yang memang memiliki factor resiko janinnya terkena kelainan tersebut. Maksudnya, bagi wanita hamil yang sudah pernah mengalami janin dengan kelainan tersebut sebaiknya meminta untuk skrinning atau deteksi dini terhadap kelainan tersebut bila hamil lagi.

Di Amerika Serikat, kelainan NTD merupakan kelainan terbanyak nomor 2 dari semua kelainan bawaan janin, dan kelainan ini sifatnya fatal bagi janin. 95% kelainan NTD ini justru terjadi pada wanita hamil yang tidak ada riwayat keluarganya mengalami penyakit ini sebelumnya (tidak ada factor resiko). Dokter kandungan akan melakukan pemeriksaan baik berupa pemeriksaan hormone alpha feto-protein (AFP) juga pemeriksaan USG. Lebih invasive lagi akan melakukan tindakan amniocentesis. Amniocentesis itu adalah tindakan melubangi Rahim dengan jarum untuk mengambil cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

APA SIH PEMERIKSAAN ALFA FETO PROTEIN ITU ?

Pemeriksaan AFP dilakukan pada umur kehamilan 14-22 minggu dengan cara mengambil darah ibu hamil. Pemeriksaan ini nantinya akan memberikan prediksi prosentase kemungkinan janin akan mengalami kelainan NTD. Pemeriksaan AFP ini seringkali dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan USG kehamilan untuk deteksi kelainan janin. Bila kadarnya meningkat maka kemungkinan janin akan mengalami NTD dalam kehamilan ini. Sensitivitas pemeriksaan ini lumayan bagus yaitu mencapai 90% artinya bila saat diperiksa hasilnya kadar AFP dalam batas normal maka janin akan betul-betul normal (tidak akan terkena NTD) sebesar 90%, masih ada kemungkinan janin terkena NTD sebesar 3-6%. Hal-hal yang dapat bikin pemeriksaan AFP ini tidak akurat antara lain misalnya umur kehamilan tak pasti (sering pada ibu hamil yang tak cek USG ke dokter kandungan pada saat test hamil positif garis dua), janin kembar, dan janin mati. 1 diantara 33 wanita hamil yang saat ditest kadar hormone AFP nya meninggi maka akan terkena NTD pada janinnya.  Dari persatuan dokter kandungan amerika serikat ACOG menganjurkan pemeriksaan hormone ini pada usia kehamilan yang memasuki trimester 2 yaitu antara 15-28 minggu.

PEMERIKSAAN NTD DENGAN MENGGUNAKAN USG

Pemeriksaan USG pada skrinniing NTD seringkali dilakukan bila didapatkan kadar AFP yang tinggi pada kehamilan. Bila dokter kandungan curiga terdapat ada NTD pada janin pada saat USG  maka kadang-kadang dokter kandungan akan melakukan rujukan USG ke rumah sakit pusat pendidikan untuk konfirmasi terhadap temuan tersebut dan juga akan dilakukan pemeriksaan dengan jauh lebih mendetail terhadap janin dalam Rahim oleh departemen kandungan rumah sakit pendidikan. Bila ada kelainan yang nyata dan berat seperti anencephaly (tempurung kepala tak ada) atau kelainan tulang belakang maka biasanya muga disertai dengan berbagai kelainan yang lain misalnya bentuk tulang kepala tak normal (lemon shape), ventrikulomegali di otak janin (ada cairan diotak janin), ukuran kepala yang kecil, otak kecil/ cerebellum yang melebar dan cisterna magna yang buntu (banana sign). Bingung ? makanya kalo USG itu pergilah ke dokter kandungan sehingga akan makin pinter. Dokter kandungan itu yang begini begini memang dipelajari di sekolahnya. Ditangan dokter kandungan maka alat USG itu akan sangat bermanfaat bagi pasien, setidaknya 35% kelainan bawaan bisa terdeteksi oleh dokter kandungan. Looo dokter kandungan kan mahal. Siapa bilang ? justru murah karena pasien bayar USG dan dapat manfaatnya karena USG dilakukan oleh dokter kandungan. Coba bandingkan bila para ibu hamil USG sana sini bolak balik tapi gak dapat manfaatnya karena USG bayar tapi yang ngerjakan USG bukan oleh ahlinya (dokter kandungan), maka itu namanya buang-buang duit.

KRITERIA WANITA HAMIL YANG BERESIKO JANINNYA KENA NTD

Terdapat beberapa factor resiko dimana ada kemungkinan wanita hamil mengalami janin dengan NTD, diantaranya:

  1. Riwayat keluarga dengan penyakit NTD.
  2. Penyakit sistemik seperti diabetes (DM).
  3. Penyakit cacat genetic lainnya dalam keluarga.
  4. Ras suku bangsa tertentu.
  5. Adanya kelainan imunologis dalam tubuh wanita hamil berupa adanya peningkatan produksi anti-folat receptor antibodies. Tapi ini sepertinya gak bisa dideteksi di Indonesia.

BILA HORMON AFP MENINGKAT, TAPI USG BILANG NORMAL, MAKA APA YANG HARUS DILAKUKAN ?

Dokter kandungan akan menawarkan pemeriksaan yang lebih invasive yaitu pemeriksaan amniocentesis terutama bila hasil USG menunjukkan normal-normal saja. Nanti akan diperiksa ulang kadar hormone AFP dalam cairan ketuban janin, bila kadarnya meningkat maka kemungkinan besar janin akan terkena NTD dan mungkin sudah ada NTD yang belum terlihat dengan USG. Kemudian akan dilanjutkan dengan pemeriksaan karyotyping bila pasien mau. Sekian.

Bersambung ke  bagian 2 tentang DOWN SYNDROME. Nantikan postingan saya berikutnya.

TULISAN 158. PERSALINAN PREMATURE/ KURANG BULAN

PERSALINAN PREMATUR (BAYI PREMATURE / KURANG BULAN)

Persalinana premature adalah suatu kelahiran bayi dimana terjadinya pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Menurut para ahli kedokteran kasus ini merupakan kejadian yang lumayan banyak. Di USA sendiri mencapai 10% kasus, sedangkan di Indonesia kemungkinan sekitar 20% kasus. Pada ibu hamil yang sudah pernah melahirkan bayi premature maka ada kemungkinan nantinya bakalan melahirkan premature lagi. Yaaa kira-kira 30-40 % kemungkinannya bakalan lahir premature lagi pada kehamilan berikutnya. Tapi jangan takut dan galau karena dunia kedokteran anak-anak semakin maju. Di Jepang saja, berkat adanya doraemon, sekarang mampu merawat bayi yang lahir pada usia kehamilan 24 minggu terutama akibat ibu-ibu hamil yang terkena darah tinggi. Tapi Indonesia belum mampu gaes. Sebab teknologinya belum secanggih itu dan pula biayanya luarrrr biasa mahal, kemungkinan gak bakalan dicover juga kalo pake BPJS ha ha ha ha karena super mahal.

PENYEBAB PERSALINAN PREMATURE

Sebetulnya sulit menentukan penyebab persalinan premature, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan atau beresiko menimbulkan persalinan premature, yaitu antara lain:

  1. Status social ekonomi rendah. Pada wanita hamil dengan kondisi asupan gizi yang kurang baik maka sangat rentan terjadi persalinan kurang bulan bahkan tak jarang yang mengalami keguguran pada saat hamil muda. Kita juga mengetahui bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang beruntung sehingga kurang mendapatkan pendidikan ketika masih di usia sekolah. Ya katakanlah karena ekonominya lemah sehingga tak bisa sekolah atau tak bisa meningkatkan pendidikannya ke taraf yang lebih baik.
  2. Pengaruh umur pada saat hamil. Pada wanita hamil dengan usia sangat muda yaitu kurang dari 18 tahun atau usia yang lebih tua yaitu lebih dari 35 tahun ketika hamil maka resiko terjadinya kelahiran premature pada kehamilannya juga meningkat.
  3. Riwayat pernah melahirkan premature pada kehamilan sebelumnya.
  4. Suami atau isteri merokok.
  5. Penyalahgunaan obat-obatan NARKOBA.
  6. Infeksi pada kehamilan. Saya lumayan sering melihat ibu-ibu hamil yang mengalami keguguran atau pecah ketuban sebelum hamil tua atau persalinan kurang bulan hanya gara-gara suka nahan-nahan pipis dan akibatnya terkena infeksi saluran kencing.
  7. Penyakit sistemik ibu hamil. Penyakit ini adalah penyakit yang lumayan berat diantaranya adalah darah tinggi, asthma (mengi/ bengek), paru-paru, jantung, ginjal, liver, dll. Bahkan bisa juga disebabkan oleh kondisi anemia yaitu kurang kadar darah Hb. Sebaiknya sedapat mungkin ibu hamil menjaga kadar Hb darahnya di sekitar 10g% dengan cara semangat makan makanan bergizi, minum vitamin hamil, hidup bahagia (baca: nonton Lee Min Ho alias drama korea), olah raga ringan, dll. Perlu diingat bahwa yang bisa mempersiapkan dan menjalani kehamilan/ persalinan dengan baik hanyalah sang ibu hamil sendiri, bukan dokter kandungan. Dokter kandungan hanya bisa nyuruh, advis, dan saran. Yang berjuang hanyalah ibu hamil dan keluarganya. Jadi hasil kehamilan dan persalinan yang baik sepenuhnya tergantung dari upaya ibu hamil menjaga kehamilannya dan mempersiapkan persalinannya.
  8. Perdarahan antepartum. Hal ini biasanya disebabkan oleh factor adanya placenta previa sehingga terpaksa ibu hamil harus lahiran sebelum cukup bulan demi menyelamatkan nyawa ibu hamil (terutama) dan bila memungkinkan juga menyelamatkan janinnya.
  9. Operasi pembedahan semasa kehamilan. Terutama pada operasi daerah dalam perut memang dapat menyebabkan timbulnya kontraksi Rahim sehingga dapat timbul keguguran, persalinan premature atau pecah ketuban.
  10. Hamil tetapi ada KB IUD atau KB spiral dalam Rahim. Untuk ini nanti kita bikin topic tersendiri ya. Kalo ada waktu ntar kita bikin postingan. Prok prok prok ada kelincinya. Ha ha ha ha.
  11. Ada juga yang mengalami kelemahan mulut Rahim. Ini memang hampir pasti bakalan lahir premature terutama pada kehamilan 5 bulan ke atas. Harus segera konsultasi dan cerita ke dokter kandungan sejak awal kehamilan (test pack positif).

BAGAIMANA TANDA-TANDA YANG HARUS DIWASPADAI ?

Bila selama hamil terdapat tanda-tanda berikut maka sebaiknya ibu hamil segera control ke dokter kandungan:

  1. Ada perdarahan yang keluar.
  2. Ada mules-mules, bisa sedikit-sedikit atau bisa juga kuat.
  3. Keluar cairan ketuban. Kadang-kadang tidak byor byor byor keluarnya, sering juga rembes.
  4. Bila ada keputihan, terutama gatal dan bau.
  5. Bila ada beser, bolak balik pipis.

Nanti saat ke dokter kandungan atau ke bidan juga boleh maka biasanya bidan akan periksa apakah ada pembukaan leher Rahim atau belum, ada penipisan atau belum, ada perubahan arah mulut Rahim atau belum, dll.

CARA MENCEGAHNYA ?

Sebetulnya cara mencegahnya tak sulit. Hanya butuh semangat dan kemauan dari para ibu hamil. Diantaranya sebagai berikut:

  1. Istirahat, jangan mau jadi inem di rumah.
  2. Rajin senam hamil atau paling tidak olah raga jalan kaki pagi hari selama 30 menit 2-3x seminggu.
  3. Jangan stress.
  4. Jangan nahan-nahan pipis.
  5. Jaga kebersihan organ kelamin.
  6. Jangan suka pake pewangi atau pembersih vagina.
  7. Bila kehamilan sudah pernah berdarah dan telah diadviskan oleh dokter kandungan supaya gak hubungan sex maka ya jangan hubungan sex. Tapi para suami juga gak boleh jadi alasan untuk tergoda pelakor. Ha ha ha. Pelakor memang bikin cemas dan stress para ibu-ibu masa kini.
  8. Bila ada keluhan selama hamil maka segera periksa walopun belum waktunya control kehamilan.