TULISAN 125. PENYAKIT SYPHILLIS DALAM KEHAMILAN

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang disebabkan oleh Treponema pallidum termasuk frambusia atau patek (subspesies pertenue), pinta (sub-spesies carateum), dan bejel (sub-spesies endemicum).

Ingat… ! Sifilis adalah infeksi yang terutama ditularkan secara seksual. Infeksi sifilis yang tidak diobati pada wanita hamil dapat ditularkan ke janin (sifilis kongenital) setiap saat selama kehamilan atau saat kelahiran. Sifilis kongenital dikaitkan dengan lahir mati, kematian neonatal, dan morbiditas yang signifikan pada bayi. Semua wanita hamil sebaiknya dianjurkan untuk menjalani skrining secara serologis untuk mendeteksi penyakit sifilis sejak awal kehamilan.

Penampilan awal sifilis sulit didiagnosisis secara klinis. Penegakkan diagnosisnya melalui tes darah atau pemeriksaan visual secara langsung menggunakan mikroskop. Pemeriksaan darah adalah cara yang umum digunakan, karena lebih mudah dilakukan. Di Amerika Serikat, sebagian besar negara bagian di sana bahkan mewajibkan skrining sifilis pada saat kunjungan antenatal pertama kali… jadi begitu test hamil positif dan pasien melakukan kontrol ke dokter kandungan, maka secara otomatis pasien hamil harus mau untuk menjalani deteksi dini sifilis dalam kehamilan.

Untuk komunitas dan populasi masyarakat di suatu negara bagian Amerika Serikat yang memiliki prevalensi sifilis tinggi dan untuk wanita berisiko tinggi untuk terjangkit infeksi sifilis maka dianjurkan untuk menjalani tes serologis sifilis dua kali selama trimester ketiga yaitu pada umur kehamilan 28-32 minggu dan diulangi pada saat mendekati persalinan. Sebaiknya wanita yang memiliki kematian janin dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu dites untuk sifilis.

Skrining untuk infeksi sifilis pada kehamilan terdiri dari dua langkah yaitu:

  1. tes pertama adalah tes antibodi “nontreponemal” – VENEREAL DISEASE RESEARCH LABORATORY (VDRL) atau tes RAPID PALSMA REAGIN (RPR)
  2. tes pendeteksian antibodi “treponemal” – TREPONEMAL PALLIDUM PARTICLE AGGLUTINATION TEST (TPPA/ TPHA).

Wanita hamil dengan hasil seropositif harus dianggap terinfeksi sifilis kecuali terdapat riwayat pengobatan yang adequat dan didokumentasikan dengan jelas dalam catatan medis dan dari hasil pemriksaan ulangan untuk titer antibodi sifilis secara serologis telah menurun secara signifikan. Secara umum, risiko untuk infeksi janin antepartum (dalam rahim) atau sifilis kongenital saat persalinan terkait dengan level/ stadium penyakit  sifilis selama kehamilan, dengan risiko tertinggi terjadi pada stadium primer dan sekunder. Titer serologis nontreponemal wanita hamil secara kuantitatif, terutama jika kadarnya > 1:8, maka mungkin sedang terjadi infeksi sifilis baru dan sedang dalam fase bakteriemia (kuman berjalan dalam darah). Namun demikian, tetap saja risiko infeksi janin masih signifikan pada wanita hamil dengan sifilis stadium laten lanjut walopun titer serologisnya  rendah, dalam hal ini bila wanita hamil belum memperoleh pengobatan yang adequat.

Bila wanita hamil telah diobati secara adequat dan dari hasil follow up titer serologis sifilis stabil dan rendah maka hal demikian tak perlu diberikan pengobatan sifilis lagi. Tetapi bila kadar titer serologisnya meningkat kembali atau setelah pengobatan yang adequat didapatkan kadar titer serologis sifilis tetap tinggi maka menandakan:

  1. infeksi berulang
  2. pengobatan gagal

pengobatan sifilis merupakan pengobatan yang lumayan ada resiko karena kuman sifilis itu kalo dibunuh pakai antibiotika maka kuman yang mati itu menimbulkan racun sehingga dapat menyebabkan reaksi JARISH HERXHEIMER dimana pada wanita hamil lumayan bikin cemas karena dapat menyebabkan kontraksi prematur, lahir prematur, gawat janin dan yang sangat jarang adalah janin game over dalam rahim. Tapi kalo gak diobatin maka janin dan ibunya akan menderita penyakit infeksi sifilis.

Reaksi Jarisch- Herxheimer seringkali dimulai setelah satu jam pengobatan dan bertahan selama 24 jam, dengan gejala demam, nyeri otot, sakit kepala, dan takikardia. Takikardia disebabkan oleh sitokin yang dikeluarkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap lipoprotein yang dikeluarkan dari bakteri sifilis yang pecah.

Salah satu pencegahan infeksi sifilis adalah pola kehidupan sex yang sehat dan halal. Suami harus waspada terhadap PELAKOR, isteri juga waspada terhadap PEBINOR.

Apa sih bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit sifilis terhadap janin dalam rahim yang dikenal dengan sebutan kongenital syphillis ?

  1. hidrocephalus (kepala besar dan berisi air yang banyak).
  2. Liver janin membesar.
  3. Perut janin membesar dan berisi air.
  4. Kulit bayi terisi air yang dikenal dengan istilah hydrops.
  5. Janin mengalami anemia dalam rahim.

Kalo janin sudah mengalami hal diatas maka tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan selama dalam rahim. Pengobatan tertentu bisa dilakukan setelah bayi lahir misalnya hidrocephalus yang tentu saja mungkin hasilnya tetap tak bisa seperti yang diharapkan.

Wanita hamil yang diketahui menderita syphillis maka disarankan untuk melakukan test HIV. Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari ibu ke janinnya; spiroseta mampu menembus membran mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh karena itu dapat ditularkan melalui mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vagina, dan anal. Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau sekunder akan terkena penyakit tersebut. Sebagian besar (60%) dari kasus baru di United States of America (USA) terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Penyakit tersebut dapat ditularkan lewat produk darah. Namun, produk darah telah diuji di banyak negara dan risiko penularan tersebut menjadi rendah. Risiko dari penularan karena berbagi jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan melalui dudukan toilet, aktivitas sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta pakaian.

Bagaimana cara mencegah tertular syphillis ?

  1. Cara yang paling pasti untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual.
  2. Pencegahan yang 100% efektif adalah menikah dengan perawan yang sehat. Jika belum dapat, lampiaskan birahi dengan melakukan masturbasi.
  3. Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan penyakit.
  4. Pastikan toilet yang digunakan higienis, hindari penggunaan toilet duduk di tempat umum.
  5. Segera obati bila ada keluhan seperti di atas.

SUMBER:

  1. Eccleston, K (March 2008). “Primary syphilis”. International journal of STD & AIDS. 19 (3): 145–51. doi:10.1258/ijsa.2007.007258. PMID 18397550
  2. Kent ME, Romanelli F (2008). “Reexamining syphilis: an update on epidemiology, clinical manifestations, and management”. Ann Pharmacother. 42 (2): 226–36. doi:10.1345/aph.1K086. PMID 18212261
  3. “Syphilis – CDC Fact Sheet”. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 16 September 2010.
  4. https://www.cdc.gov/std/tg2015/syphilis-pregnancy.htm
  5. https://en.wikipedia.org/wiki/Jarisch%E2%80%93Herxheimer_reaction
  6. https://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis
  7. S. Preventive Services Task, Force (May 2009 19). “Screening for syphilis infection in pregnancy: U.S. Preventive Services Task Force reaffirmation recommendation statement”. Annals of internal medicine. 150 (10): 705–9. PMID 19451577

 

2 thoughts on “TULISAN 125. PENYAKIT SYPHILLIS DALAM KEHAMILAN”

  1. Cek lokasinya dok, dan brp biaya nya untuk konsul dan pengobatan spilis? Saya dr subang

Comments are closed.